Thursday 19 November 2015

Bagaimana hukum membaca manaqib?

Assalamualaikum..hai semua...apa khabar harini.?
jgn lupa jawab salam yatt yer... :)

today yatt rasa macam nak kongsikan something dengan korang semua..

HUKUM BAGAIMANA MEMBACA MANAQIB.?

Bagaimana hukumnya baca manaqib?

Mengertikah saudara arti kata-kata manaqib? Kata-kata manaqib itu adalah bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang.
Jadi membaca manaqib, artinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Oleh sebab itu kata-kata manaqib hanya khusus bagi orang-orang baik mulia: manaqib Umar bin Khottob, manaqib Ali bin Abi Tholib, manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jilani, manaqib Sunan Bonang dan lain sebagainya. Tidak boleh dan tidak benar kalau ada orang berkata manaqib Abu Jahal, manaqib DN. Aidit dan lain sebagainya. Kalau demikian artinya pada manaqib, apakah saudara masih tetap menanyakan hukumnya manaqib?

Betul tetapi cerita di dalam manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jilani itu terlalu berlebih-lebihan, sehingga tidak masuk akal. Misalkan umpamanya kantong berisi dinar diperas lalu keluar menjadi darah, tulang-tulang ayam yang berserakan, diperintah berdiri lalu bisa berdiri menjadi ayam jantan.

Kalau saudara melanjutkan cerita-cerita yang tidak masuk akal, sebaiknya jangan hanya berhenti sampai ceritanya Syeikh Abdul Qodir al-Jilani saja, tetapi teruskanlah. Misanya cerita tentang sahabat Umar bn Khottob berkirim surat kepada sungai Nil, Sahabat umar bin Khottob memberi komando dari Madinah kepada prajurut-prajurit yang sedang bertempur di tempat yang jauh dari Madinah. Cerita tentang Isra’ Mi’raj, cerita tentang tongkat menjadi ular, cerita gunung yang pecah, kemudian keluar dari unta yang besar dan sedang bunting tua, cerita tentang nabi Allah Isa menghidupkan orang yang sudah mati. Dan masih banyak lagi yang semuanya itu sama sekali tidak masuk akal.

Kalau keluar dari Nabi Allah itu sudah memang mukjizat, padahal Abdul Qodir al-Jilani itu bukan Nabi, apa bisa menimbulkan hal-hal yang tidak masuk akal?

Baik Nabi Allah maupun Syeikh Abdul Qodir al-Jilani atau sahabat Umar bin Khottob, kesemuanya itu masing-masing tidak bisa menimbulkan hal-hal yang tidak masuk akal. Tetapi kalau Allah Ta’ala membisakan itu, apakah saudara tidak dapat menghalang-halangi?

Apakah selain Nabi Allah juga mempunyai mukjizat?

Hal-hal yang menyimpang dari adat itu kalau keluar dari Nabi Allah maka namanya mukjizat, dan kalau timbul dari wali Allah namanya karomah.

Adakah dalil yang menunjukkan bahwa selain nabi Allah dapat dibisakan menimbulkan hal-hal yang menyimpang dari adat atau tidak masuk akal?

Silahkan saudara membaca cerita dalam Al-Quran tentang sahabat Nabi Allah Sulaiman yang dapat dibisakan memindah Arsy Balqis (QS An-Naml: 40)

قَالَ اللهُ تَعَالَى : قَالَ الَّذِى عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الكِتَابِ أَنَا آتِيِكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ. فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِى أَأَشْكُرُ اَمْ أَكْفُرُ. وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِيٌّ كَرِيْمٌ.
Tetapi di dalam manaqib Abdul Qodir al-Jilani ada juga kata-kata memanggil kepada para roh yang suci atau kepada wali-wali yang sudah mati untuk dimintai pertolongan, apakah itu tidak menjadikan musyrik?

Memanggil-manggil untuk dimintai pertolongan baik kepada wali yang sudah mati atau kepada bapak ibu saudara yang masih hidup dengan penuh i’tikad bahwa pribadi wali atau pribadi bapak ibu saudara itu mempunyai kekuasaan untuk dapat memberikan pertolongan yang terlepas dari kekuasaan Allah Ta’ala itu hukumnya syirik.
Akan tetapi kalau dengan i’tikad bahwa segala sesuatu adalah dari Allah Ta’ala, maka itu tidak ada halangannya, apalagi sudah jelas bahwa kita meminta pertolongan (ghouts) kepada para wali itu maksudnya adalah minta dimohonkan kepada Allah Ta’ala.


Manakah yang lebih baik, berdoa kepada Allah Ta’ala dengan langsung atau dengan perantaraan (tawassul)?

Langsung boleh, dengan perantaraan pun boleh. Sebab Allah Ta’ala itu Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Saudara jangan mengira bahwa tawassul kepada Allah Ta’ala melalui Nabi-Nabi atau wali itu, sama dengan saudara memohon kenaikan pangkat kepada atasan dengan perantaraan Kepala Kantor saudara. Pengertian tawassul yang demikian itu tidak benar. Sebab berarti mengalihkan pandangan terhadap yang ditujukan (pihak atasan), beralih kepada pihak perantara, sehingga disamping mempunyai kepercayaan terhadap kekuasaan pihak atasan, saudara juga percaya kepada kekuasaan pihak perantara. Tawassul kepada Allah Ta’ala tidak seperti itu.
Kalau saudara ingin contoh tawassul kepada Allah Ta’ala melalui Nabi-Nabi atau Wali-Wali itu, seperti orang yang sedang membaca al Quran dengan memakai kacamata. Orang itu tetap memandang al Quran dan tidak dapat dikatakan melihat kaca.

Bukankah Allah ta’ala berfirman dalam al Quran al Karim

وَقَالَ رَبُّكُمْ أُدْعُونِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Panggillah aku maka akan Aku sambut kepadamu. (Al Mukmin: 60)

فَادْعُو اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيِنَ
Maka sambutlah olehmu akan Allah ta’ala dengan memurnikan kepadanya akan agama. (Al Mukmin: 24)

وَالَّذِيْنَ لاَيَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا أَخَرَ
Dan orang-orang yang tidak menyambut bersama Allah akan tuhan yang lain. (Al Furqon: 68)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat serupa itu.

Betul akan tetapi kesemuanya itu sama sekali tidak melarang tawassul dengan pengertian sebagaimana yang telah saya terangkan tadi. Coba saja perhatikan contoh di bawah ini:
Saudara mempunyai majikan yang kaya raya mempunyai perusahaan besar, saudara sudah kenal baik dengan beliau, bahkan termasuk buruh yang dekat dengannya. Saya ingin diterima bekerja di perusahaannya. Untuk melamar pekerjaan itu, saudara saya ajak menghadap kepadanya bersama-sama, dan saya berkata, “Bapak pimpinan perusahaan yang mulia. Kedatangan saya bersama guru saya ini, ada maksud yang ingin saya sampaikan, yaitu saya mohon diterima menjadi pekerja di perusahaan bapak. Saya ajak guru saya menghadap bapak karena saya pandang guru saya ini adalah orang yang baik hati dan jujur serta juga kenal baik dengan bapak”. Coba perhatikan! kepada siapa saya memohon? Kemudian adakah gunanya saya mengajak saudara menghadap majikan besar itu?
Ada dua orang pengemis. Yang satu sendirian, sedang yang satu lagi dengan membawa kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Anak yang satu masih menyusu dan yang satu lagi baru bisa berjalan. Di antara dua orang yang pengemis itu, mana yang lebih mendapat perhatian saudara? Saudara tentu akan menjawab yang membawa anak yang kecil-kecil itulah yang lebih saya perhatikan. Kalau begitu adakah gunanya pengemis itu membawa kedua orang anaknya yang masih kecil? Kepada siapakah pengemis itu meminta? Kepada anak yang masih kecil-kecil jugakah pengemis itu meminta?

Semoga kiranya risalah yang kecil ini, dapat memenuhi harapan ihwanul muslimin, terutama jamaah Nahdlatul Ulama. Semoga risalah ini bermanfaat.

Penyusun:
KH. Bisri Mustofa



Sekian...terima kasih yer kepada kengkawan yg sudi singgah di entry ni.. :)

Monday 19 January 2015

Umpatan orang...

Assalamualaikum....

alohaaa,,.,. lamanya rasa jari ni tak menari-nari atas keyboard ni....huhu

ada yang cakap yatt ni mcm over je buat blog tapi xda sapa pun yg view...
sob..sob... saya bukan buat untuk org puji..org promote...
saya buat sekadar suka2 aje...

sedeynya...itulaah manusia...mulut tak pernah tahu erti jemu mengumpat..

la tahzan...

harini yatt nk kongsi story...ada masa..jemputlah baca ea.. :)

Cerita Luqman Al- Hakim, bersama anaknya dan Keldai


.
 Luqman al-Hakim ialah seorang ahli hikmah. Beliau bukan seorang yang kaya raya dan banyak harta benda. Diriwayatkan, Luqman al-Hakim hanyalah orang biasa yang melakukan pelbagai jenis pekerjaan. Malah ada sejarawan yang menyelidik Luqman ialah seorang hamba berkulit hitam. 
Dalam mendidik anaknya untuk berhadapan dengan masyarakat dan pandangan manusia, Luqman al Hakim turut membawa anaknya dan keldai ke pasar tempat orang ramai. Oleh kerana jarak yang jauh antara pasar dan kawasan perkampungan, mereka pergi ke pasar dengan membawa seekor keldai sebagai binatang tunggangan dan bertujuan untuk membawa barang keperluan yang bakal dibeli. Bagi memulakan perjalanan dari rumah mereka, Luqman menaikkan anaknya untuk menunggang keldai memandangkan dirinya masih bertenaga lagi.
.
.

Destinasi 1.

.
Ketika mereka tiba di sebuah perkampungan dengan sianak tengah menunggang keldai tersebut dan Luqman al Hakim menarik keldai dengan berjalan kaki. Orang ramai mula memerhatikan mereka dengan perasaan ganjil dan pelik melihatkan dua beranak itu bersama dengan seekor keldai.
.
“Mengapa kanak-kanak itu yang menunggang keldai dan membiarkan bapanya berjalan kaki? Kenapa tidak ayahnya yang menunggang? Oh, sungguh biadap dan tercela anak itu, orang tua dibiarkan berjalan kaki, dia pula bersenang lenang di atas keldai! Ini menunjukkan sikap anak derhaka dan tidak pandai menghormati orang tua. Tidak pernahkah dia sedar ayahnya yang selama ini memberikan makan dan minum kepada dia?”
.
Semua orang di kampung itu menyatakan perkara sama. Terpinga-pinga Luqman mendengar jawapan daripada mereka. Lantas, Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, biarlah ayah pula yang menunggang keldai pula pada kali ini.” Kemudian, mereka meneruskan pula perjalanan menuju ke pasar.
.
.
Destinasi 2.
.
Dalam perjalanan, mereka sampai pula ke sebuah lagi perkampungan yang luasnya lebih kurang sama dengan perkampungan sebelum ini. Tanpa memerlukan apa-apa hajat atau keperluan pada masyarakat di kampung tersebut, Luqman yang menunggang keldai, dan anaknya yang menarik tali keldai menuju ke kampung tersebut sebelum boleh tiba ke kawasan pasar.
.
Ketika itu, semua orang yang melihat kelibat dua beranak ini mula berbisik-bisik. Penduduk kampung itu berasa ganjil dengan tingkah laku Luqman dan anaknya. Mereka mula mencela dan berkata:
“Mengapakah bapa yang menunggang, sedangkan si anak dibiarkan berjalan kaki menarik keldai? Anak itu masih kecil lagi, tentu kepenatan sepanjang perjalanan. Sibapa lebih besar daripada kanak-kanak itu dan sepatutnya sianak yang menunggang keldai tersebut. Bapa yang tidak berhati perut!
.
Sekali lagi, Luqman mendengar telahan peduduk kampung yang melihat keadaan mereka berdua dan mereka tetap meneruskan perjalanan.

Destinasi 3
.
Setelah melepasi kampung kedua dan berfikir beberapa ketika, Luqman berkata kepada anaknya,“Wahai anakku, kali ini kita menunggang keldai ini bersama-sama sehingga tiba di pasar.”
.
Mereka menukar kedudukan pula dengan kedua-dua anak beranak itu bersama menunggang keldai mereka. Namun, setibanya di sebuah kampung berhampiran dengan pasar berkenaan, tiba-tiba orang ramai mula bersuara, “Lihat!, Seekor keldai membawa dua orang!, Alangkah siksanya keldai itu membawa beban berganda!”
.
Mereka berkata kepada Luqman dan anaknya. “Tidakkah kamu berdua kasihan kepada keldai itu. Sudahlah berjalan pun tidak larat, inikan pula ingin membawa kamu berdua!”
Dipersalahan juga, apa lagi yang perlu dibuat, Luqman berfikir lagi. Tidaklama kemudian Luqman menyatakan pada anaknya, “Baiklah. Kali ini kita biarkan sahaja keldai ini tanpa penunggang.”
.
.

Destinasi 4.

.
Pada kali ini Luqman al Hakim dan anaknya tidak menaiki keldai tersebut dan mereka berdua hanya membiarkan keldai itu tanpa penunggang dan sebarang beban. Namun apabila mereka melintasi kampung keempat mereka diperkatakan lagi oleh masyarakat di situ pula.
.
Mereka berkata: “Alangkah anehnya, keldai dibiarkan tidak ditunggangi, tuannya pula berjalan kaki saja, ada kemudahan tidak digunakan, tidak pandai menggunakan nikmat yang sedia ada!”
.
Serba salah lagi dibuatnya, Luqman berfikir lagi. “Apa lagi yang perlu dilakukan agar perjalanan mereka lancar tanpa pandangan serong orang ramai?”
Setelah lama berfikir, Luqman mula menyatakan pandangannya, “Baiklah. Kali ini biar kita sahaja yang mengangkat keldai ini.”
.
.

Destinasi 5.

.
Pada kali ini dua beranak tersebut tidak menunggang, tidak juga membiarkan keldai tersebut berjalan sendirian, tetapi mereka memikul keldai tersebut.
.
Setibanya ke destinasi terakhir di pasar, kali ini keriuhan pasar bertambah apabila melihat perbuatan Luqman dan anaknya bersama seekor keldai kepunyaan mereka. Hiruk pikuk mereka melihat dari jauh kelibat dua beranak ini yang bermandi peluh mengangkat seekor keldai!

“Ah, gila, tidak masuk akal. Sepatutnya orang yang menunggang keldai. Bukan keldai dipikul mereka!”
.
Akhirnya, tanpa mahu mendengar sebarang desas desus dan orang mengata tentang tingkah laku mereka, setibanya di pasar berkenaan, keldai itu dijual. Sebelum pulang, Luqman al-Hakim berkata sesuatu kepada anaknya. “Wahai anakku, sekiranya kamu sentiasa melihat dan mengharap kepada pandangan manusia, tiada apa yang bakal berubah pada keadaannya. Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Sikap manusia tidak akan berasa senang dan gembira dengan orang lain.Orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT sahaja dan sesiapa memahami kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap sesuatu.”Yakinlah akan dirimu sendiri dan setelah dilaksanakan sebaiknya, maka bertawakallah kepada Allah SWT.”
.
Oleh itu, kita tidak hairan dengan kedudukan masyarakat hari ini yang sentiasa ingin bersuara, mungkin mereka perlu maklumat, mahu memperbaiki, mahu membantu, mahu menegur dengan harapan berlaku sebarang perubahan. Selain itu, manusia juga akan sentiasa mengata dan mengata, mengkritik dan terus mengkritik walau apa sahaja yang kau lakukan, sama ada berbentuk kebaikan atau sebaliknya.
.
Oleh itu, kita kena positif dan berlapang dada kepada sesiapa sahaja kerana itu haknya untuk menegur, tapi biarlah bersopan, berbudi bahasa, ikhlas dan bukan berdasarkan ada kepentingan peribadi.
.
Islam sangat melarang umatnya berburuk sangka sesama Islam, kerana berburuk sangka akan mengundang malapetaka. Biarlah syakwasangka itu berdasarkan bukti yang kukuh dan bukan sekadar memfitnah. Sesiapa yang mempunyai sifat buruk sangka kepada sesama Islam, maka ia wajib bertaubat dan beristiqfar kepada Allah SWT Dosa orang yang berburuk sangka adalah besar dan perbuatan jahat, setiap perbuatan jahat Allah akan mencampakkannya ke dalam neraka Allah Ta’ala.

Sekian.........

Friday 26 September 2014

La Tahzan..jangan bersedih..
Allah kan ada.. :)
 
Sekejap je masa berlalu..
Alhamdulillah, yatt diberi peluang untuk menarikan jari yatt lagi di atas keyboard ni..
hari ini, yatt tersentuh dengan sedikit coretan dari sahabat yatt tentang sebuah kisah..terluka dan dilukai.
 
 
Terluka dan Dilukai.
 
Azali Musa: Suatu malam seekor ular menyelit masuk ke dalam gudang kayu. Secara tak sengaja, ia menyusur di atas gergaji. Tajamnya mata itu gergaji menyebabkan per.ut ular terluka....
Ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalasnya dengan mematuk gergaji itu berkali-kali, serangan tersebut menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah dan sakit yang amat sangat, ular itu berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan 'musuh' tersebut. Ia pun membelit gergaji itu sekuat tenaga. Belitan tersebut menyebabkan lukanya teramat parah dan akhirnya ia pun mati di situ.
Di saat beremosi dan marah, rasanya mudah sekali bagi kita untuk melukai dan menyakiti orang lain.
Padahal kalaulah benar-benar kita sedar, sebenarnya yang akan terluka dan sakit adalah diri kita sendiri.
Maka benarlah sabda Nabi saw yang bermaksud, "Bukanlah orang yang kuat itu orang yang menang bertumbuk, tetapi orang yang kuat ialah orang yang mampu mengawal diri daripada sifat marah."
(HR Bukhari & Muslim)
Kongsi bersama
Azali Musa: Sahabat2ku:
Jangan tertipu
dengan usia MUDA
karena syarat Mati
TIDAK harus TUA.
 
Jangan terpedaya dengan
tubuh yang SEHAT
karena syarat Mati
TIDAK mesti SAKIT
 
Jangan terperdaya dengan
Harta Kekayaaan
Sebab
Si kayapun tidak pernah
menyiapkan Kain Kafan
buat dirinya
meski cuma Selembar.
 
Mari Terus berbuat BAIK,
berniat untuk BAIK,
berkata yang BAIK-BAIK,
Memberi nasihat yang BAIK

  Meskipun TIDAK banyak orang yang mengenalimu dan Tidak suka dgn Nasihatmu
Cukup lah اللهِ yang
mengenalimu lebih dari
pada orang lain.
 
Jadilah bagai Jantung
yang tidak terlihat,
Tetapi terus berdenyut
setiap saat hingga kita
terus dapat hidup, berkarya
dan menebar manfaat
bagi sekeliling kita
sampai diberhentikan
oleh NYA
 
Sahabat2ku:
"Waktu yang kusesali adalah
jika pagi hingga
matahari terbenam,
'Amalku tidak bertambah
sedikitpun,
padahal aku tahu saat ini
umurku berkurang"
(Ibnu Mas'ud r.a)
 
 
pengajaran yang ingin yatt kongsikan atas apa yang yatt baca ini ialah:
 
- jangan sesekali melukai perasaan orang lain
- jangan mencari kesalahan orang lain tapi pandanglah kebaikan yang pernah dilakukannya kepada kita.
 
yatt pernah melukai dan pernah terluka, dari situ pengalaman ini mengajar yatt erti sebenar kehidupan..
tak selamanya kita akan berada di atas sentiasa..tapi belajarlah mendongak ke langit dan rasakan betapa kerdilnya kita di dunia ini.
 
sekian.. :)
 

Saturday 11 May 2013

Alhamdulillah..yatt masih diberi peluang untuk menghirup udara di atas muka bumi dengan izin Yang maha Esa.. lama yatt tidak berbicara di blog..rsa rndu plk untk menarikan tgn ini di ats keyboard..

Alhamdulillah jgk,yatt masih diberi peluang untuk mendekatiNya dalam mencari keredhaan Allah s.w.t. dalam hidup ini kadang2 kita tidak sedar betapa bnyak nikmat yang dikurnaikan kepada kita. Allah s.w.t. tidak pernah jemu memberi nikmat kepada kita walaupun kita sering melakukan dosa, melupakan tanggungjawab sebagai hamba ALLAH..syukur kita masih boleh bernafas, masih boleh melihat segala kebesaranNya.. hari ini yatt eringin sgt nak kongsi dengan kwan2 tentang penggunaan perkataan In Syaa Allah. yatt ada terbaca satu tulisan hamba ALLAH mengenai penggunaan kata ini.

Jadi, jika kita menulis Insya-Allah dalam tulisan Arab sebagai إنشاء الله, maka ia memberi maksud "menjadikan Allah", - Maha Suci Allah daripada bersifat demikian - dan ini adalah salah sama sekali, kerana Allah tiada makhluk yang menjadikanNya. Ia bersifat Azali, Qidam, Baqa'.

Jika demikian, maka tulislah Insya-Allah itu dengan إن شاء الله, bukannya إنشاء الله .
Menyebut Insya-Allah memang dituntut oleh Islam terutama apabila kita ingin atau berhasrat melakukan sesuatu yang belum pasti berlaku melainkan dengan izin Allah.

Allah berfirman dalam Al-Quran, ayat 23-24 dalam surah Al-Kahfi :

وَلاَ تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَداً {23} إِلاَّ أَن يَشَاءَ اللَّهُ

Maksudnya "Dan janganlah engkau berkata mengenai sesuatu (yang hendak dikerjakan): "Bahawa aku akan lakukan yang demikian itu, kemudian nanti". Melainkan (hendaklah disertakan dengan berkata): "Insya Allah".


ayuh la rakan2..jgan kita terus menggunakan tatabahasa utk pktaan In Shaa Allah setelah kita tahu kebenaran penggunaannya yang sebenar..
yang baik datang dari Allah s.w.t. yang buruk adalah dari diri saya sendiri..
*sekian. *

Friday 22 February 2013

Syukur dengan apa yg Ada.

Setiap pertemuan yang berlaku ada hikmah disebaliknya.. Allah SWT lebih mengetahui apa yg berlaku di sekeliling kita. Suatu perasaan yang tidak dapat digambarkan apabila Allah menemukan kita dengan sebuah pertemuan yang tidak disangkakan oleh kita sebenarnya.
Apa yang mampu kita lakukan adalah bersyukur dengan nikmat yang dikurniakan olehNya. 
begitu juga aku yang bersyukur dengan pertemuan yang telah diaturkan olehNya dengan seseorang. Seseorang itu adalah Mr.Guide. 
Dia seorang yg sngt sukar didekati. Apa yg aku pasti dia adalah berbeza dari yg lain yg pernah aku kenal. dia tidak seperti orang lain yg hanya memandang paras rupa dan fizikal.
Aku selesa dengan dirinya di mana dia selalu membimbing aku ke arah lebih baik.
Betapa Allah SWT begitu sayangkan aku sehingga Dia telah mengutuskan Mr. Guide kepadaku agar aku tahu betapa indahnya hidup bersyariatkan Islam.
Nobody knows about my feeling except Allah SWT.. aku selalu mencuba untk sayangi dia agar tidak melebihi sayangku terhadap Allah SWT... 
syukurlah kita dengan apa ygn dikurniakanNya kepada kita. 
Semoga hidup kita menjadi lebih baik. Amin...

Friday 1 June 2012

final exAm..

hai kawan2...humm,,..skjap jea dh nk hbs semester 4...rsa mcm bru msuk u jea...
btw, skrg tgh minggu final exm..huhhhh..!!! serabut sdh mula kacau hdup..msa ni jgk la utk stdy..,msa ni jgk ada saja msalah nk dtg..itu lah dugaan kita sbg pelajar kn..sama ada blh bhgi msa or x dlm personal life n stdy..
Even plbagai msalah yg melanda..kita sbgai hamba Allah xblh udah mengalah..kita harus ambil sikap Rasulullah di mana baginda selalu tenang dm mnghadapi msalah..klu kita rsa susah sgt nk hdpi. jgn malu utk meminta pertolongan kepada Yang Maha Esa..Dia lebih mengetahui segalanya.. saya just nk brkongsi ilmu yg saya sndiri msih kurang dlm menuntut ilmu.. tak kisah la ilmu fardhu aih atat fardhu kifayah,. kedua2nya kita msti tawu..ingt ea kawan2...xsalah klu brkongsi apa yg kita tahu..peace.. (^_^)

Thursday 16 June 2011

PERTEMUAN

senang untuk kita bertemu sesiapa sahaja tpi bolehkah pertemuan itu berkekalan agar ianya menjadi satu hubungan yg lebih rpat.xsemestinya bila dikatakan rapat means kita perlu adakan hubungan lbih daripada seorang kawan.persoalan d sini bisakah kita menentukan pertemuan2 yang berlaku dan bakal pertemuan yg terjadi..kita hanya manusia biasa yang belum pasti bila kah masanya kita akn pergi untuk mengadapNya.Entah esok atau lusa kita sndiri tidak pasti..
Pertemuan adalah satu anugerah yang diberikan kepada kita..andai kita bertemu sesiapa saja sedekahkanlah senyuman mu agar ianya dapat memberi ruang kepada diri kamu bahawa kamu patut bersyukur kerana kamu masih bernafas di atas muka bumi..
Hidup xselalunya indah..kita sebagai hamba Allah s.w.t patut bersyukur apa adanya..andai kita dalam kedukaan ingatlah bahwa Allah sentiasa mnguji hambaNya yang tersayang..so,kita perlu sedar kewujudan kita di dunia..Kita hanya pelakon di atas muka bumi ini,,.di atas pentas dunia inilah kita sndiri akan menentukan di manakah duduk berdirinya diri kita..ayuhlah kawan2 ku..~kita sama2 menjadikan pertemuan yg terjalin sesama kita sebagai satu pertemuan yang pastinya akan mmbuat kita mengenangnya selama kita hidup...salam pertemuan dan perpisahan sudah menjadi lumrah dalam kehidupan kita..ingtlah bahawa Allah selalu memerhati  kita...setiap pertemuan yang berlaku pasti ada hikmahnya...